Wednesday, June 3, 2009

Saya vs Rokok

Terus terang saya sangat tidak menyukai barang yang satu ini : ROKOK! ya tentunya ada alasan-alasannya kenapa saya tidak menyukainya.

Sedari kecil, saya sudah tak asing lagi dengan asap rokok, karena waktu itu ayah saya adalah perokok berat, dan sampai saat ini masih merokok meskipun dengan intensitas yang lebih kecil. Saking beratnya, beliau bisa menghabiskan 2-3 bungkus setiap harinya.Dan kebiasaan merokok ini sudah biasa beliau lakukan di rumah, yaitu :
  • Ketika buang air besar. Mungkin menurut para perokok aktivitas merokok inilah yang paling nikmat. Alhasil jika kami masuk ke kamar mandi, bisa dibayangkan kamar mandi penuh dengan asap rokok. Saya bayangkan seperti sebuah "gas chamber" yang berisi racun bagi mereka yang menyadari bahayanya asap rokok. Dan saya pun harus menunggu sekitar sekitar setengah jam untuk bisa memakai kamar mandi tersebut.
  • Ketika menonton tv atau bermain catur sambil merokok di ruang tamu. dari hari ke hari kebiasaan beliau yang satu ini membuat saya "terpaksa" keluar dari ruang tamu atau mengurung diri ke kamar dengan membuka jendela luar agar mendapat udara segar.  Pada beberapa kesempatan yang tak terhitung di malam hari, saya yang sedang tidur di kamar dengan pintu kamar terbuka, terbangun karena merasa sesaknya oleh asap rokok dan mendapati beliau sedang asyik-asiknya menonton TV atau bermain catur dengan rekan-rekannya sambil merokok. Ughhh...hal itulah yang membuat saya semakin tidak menyukai rokok! Kami ini di rumah yang tak berdosa dan tidak merokok (perokok pasif) mau tak mau harus menghisap asap racun tersebut.
  • Kebiasaan perokok yang paling jorok adalah membuang abu rokok sembarangan. Bisa dibayangkan betapa jengkelnya ibu dan kami anak-anaknya mendapati sisa-sisa abu rokok yang tercecer di lantai dan meja ruang tamu.
Saya adalah sulung dari empat bersaudara, dengan 2 adik laki-laki dan seorang bungsu perempuan. Alhamdulillah, kami berempat tidak merokok. Saya yakin salah satunya  alasan kenapa mereka tidak merokok adalah karena tidak menyukai kebiasaan merokok ayah kami.

Sampai saat ini, beliau masih merokok. Sudah terhitung jumlahnya masukan kami terhadap beliau untuk berhenti merokok agar rumah kami bersih dari asap rokok, dan yang lebih utama adalah kami ingin beliau dalam keadaan sehat terbebas dari efek jangka panjang dari kebiasaan merokok berat. Namun, beliau tetap saja berkelit dengan alasan sampai saat ini beliau masih sehat-sehat saja. Padahal akhir-akhir ini, sering saya mendapati beliau selalu terbatuk-batuk dan mengorok pada saat tidur malamnya. Dan saya pun menjadi hopeless karenanya...

Selain di rumah, saya pun mendapati beberapa anak-anak sekolah jaman sekarang pun teracuni oleh kecanduan terhadap rokok. Terus terang saya prihatin terhadap mereka. Saya sangat berharap mereka mau menyadari betapa bahayanya rokok bagi kesehatan mereka, jika kebiasaan merokok ini terus mereka lakukan sampai 15-20 tahun kedepan.