Saturday, August 29, 2009

Anak Muda yang Tidak Punya Harga Diri!

Berhubung karena saya gak suka rokok, maka di warnet saya pun mencoba se-steril mungkin dari asap rokok, walaupun pada kenyataannya memang tidak bisa 100%.

Tapi saya mencoba dan berusaha untuk tetap menjauhkan hubungan antara rokok dan anak-anak yang internetan di warnet. Kenapa?

Karena sebagian besar anak-anak itu (berumur antara 13 - 17 tahun) merokok dengan sangat jorok! Jika tidak dikasih tahu secara lisan atau tertulis, mereka kadang membuang abu rokoknya sembarangan. Dan kadang-kadang meskipun sudah disediakan asbak, ada saja yang membuang puntung di karpet atau di sela-sela meja client warnet.

Oleh karena itulah saya memasang peringatan lisan kecil yang saya tempel pada monitor : "PERINGATAN! ANAK SEKOLAH (TERUTAMA YANG BERSERAGAM) DILARANG MEROKOK!"



Dulu, pertama-tamanya memang ada anak yang membandel merokok. Saya nasehatin saja, dan mereka pun segan karenanya. Kejadian seperti ini terjadi berulang-ulang dan akhirnya saya pun jadi capek menasehati.

"Ya, sudahlah...dibiarin aja. Kalo gini terus, capek hati jadinya", pikir saya.

Kesini-sininya ada saja anak-anak SMP/SMA yang merokok di warnet saya. Saya secara pribadi, menilai mereka inilah yang tidak punya Harga Diri! Jangankan untuk menghargai orang lain, menghargai dirinya sendiri pun tidak bisa, atau bahkan tidak mau!


Adik-adikku, No offense ya...memang beginilah saya...Kadang saya saklek dalam hal-hal yang prinsipil. He he he...pisss...

Friday, August 28, 2009

Sepotong hikmah di hari Jumat : Panggilan

 anak-anak sekolah sepulang tawuran (ilustrasi)

Di hari jumat yang panas dan cerah ini, segera kutinggalkan warnet, kukunci, dan seperti biasanya kubiarkan beberapa orang pelanggan "terkunci sementara" di dalam warnet. Nanti sepulang shalat jumat, warnet akan kubuka kembali.

Di perjalanan menuju mesjid di daerah Cikiray, kulewati trotoar di pertigaan jalan RE. Martadinata dan Juanda. Tiba-tiba sekelompok anak sekolah tergopoh-gopoh berlarian seperti hendak memburu sesesorang. Oh ternyata, mereka sedang tawuran. Seorang anak sekolah menengah berlari melewatiku yang sedang berjalan gontai namun waspada, dengan membawa dua buah batu seukuran setrika. Ia berlari kencang memburu lawan tawurannya yang kabur dengan angkutan umum. Namun, langkahnya terhenti mendengar teriakan seorang supir angkot yang memarahi mereka yang tawuran. Dan dua batu itu pun ia jatuhkan sembarangan di trotoar, dan berjalan berbalik arah denganku yang hendak pergi ke mesjid.

Sepanjang jalan ke mesjid, aku berpikir tentang anak-anak itu. Aku merasa kasihan terhadap mereka. Mereka seperti tidak terpanggil untuk melakukan sesuatu yang baik untuk diri mereka dan orang lain. Dan yang tidak terpanggil itu adalah hati mereka. Jika mereka adalah muslim, hati mereka pun tidak terpanggil untuk shalat Jumat.

Di dalam Ash-Shahi disebutkan dari Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam, beliau bersabda:
"Artinya : Sesungguhnya Allah tidak melihat tubuh kalian dan tidak pula rupa kalian, tetapi Dia melihat hati kalian." [Hadits Riwayat Muslim]

Karena hati adalah cerminan akhlaq setiap manusia, bila hati seseorang itu rusak maka rusak pulalah jasadnya.

Di dalam hadist Rosulullah SAW, disebutkan bahwa “….di dalam jasad itu ada sekerat daging, jika ia baik, maka baiklah jasad itu seluruhnya, dan jika ia rusak, maka rusaklah jasad itu seluruhnya. Alaa wahiyal qolbu. Itulah hati.” (HR Bukhari dan Muslim).

Itulah hati yang selalu menjadi raja dalam diri kita, apa bila kita tidak mengendalikannya dengan baik, maka hati itu akan menjerumuskan kita pada perbuatan dosa, syirik, dengki, dendam dan pemarah. Setiap manusia di berikan hati oleh Allah swt untuk menentukan satu kebaikan, apa bila hati itu tidak di bimbing dengan baik, maka dia akan rusak, serta membawa jasad kita pada keburukan akhlaq. Nauzubillahi min zalik.

Selesai shalat Jumat, aku kembali ke warnet. Sepanjang jalan, kuperhatikan para sopir angkot yang memarkirkan angkotnya mencari penumpang. Kembali aku pun merasa kasihan terhadap mereka yang tidak terpanggil itu.

Padahal, kalau dipikir lebih jauh lagi, Allah-lah memberi kita nikmat hidup dan rezeki tiada henti pada detik demi detik kita hidup. Mengapa di antara kita masih ada yang tidak terpanggil untuk menghadap-Nya untuk beberapa saat saja?

Friday, August 21, 2009

Gubraaak....Wadooh, CPU warnet jatuh!!!

Gubraaakkkk!!! Malam 20 Agustus 2009, bunyi itu mengagetkan saya yang sedang sibuk ngoprek archlinux di komputer operator. Betapa tidak, bunyi keras itu seolah pertanda hal buruk telah terjadi di warnet saya.

Ternyata satu unit CPU jatuh dari atas meja no. 11 yang memang saya sengaja tempatkan di atas karena CPU ini kadang suka bandel susah banget booting. Maksudnya supaya cover samping mudah dibuka, dan biasanya setelah itu CPU dapat booting.

Kenapa bisa jatuh? ada satu orang anak di salah satu SMA negeri di Sukabumi yang duduk di antara meja no. 11 dan 12. Entah kenapa, mungkin ia memang orangnya grasa-grusu, tangannya menyenggol (atau mendorong?) CPU sampai akibatnya jatuh ke depan (lihat gambar).

CPU jatuh


Ada kejadian unik yang mungkin bisa saya simpulkan disini. Setelah kejadian itu, si anak koq diem aja. Sampai dia pulang berlalu dari warnet saya, tak sedikitpun saya mendengar kata maaf darinya. Saya nilai ini sungguh perbuatan yang kurang sopan! Bahkan saya sampai menggerutu pada diri saya sendiri di hadapan anak itu : "wah, salah urang ieu mah...make diteundeun di luhur" (terjemahan : walah salah saya ini, kenapa disimpan di atas). Tetap si anak itu tidak bergeming.

Anak muda, anak muda....Dimana budi pekertimu, nak...Jika melakukan kesalahan, minta maaf-lah...Dan satu hal lagi, belajarlah bersikap luwes, tidak baik grasa-grusu dalam melakukan sesuatu.

Wednesday, August 19, 2009

Too Much Love Will Kill You

I'm just the pieces of the man I used to be
Too many bitter tears are raining down on me
I'm far away from home
And I've been facing this alone
For much too long
I feel like no-one ever told the truth to me
About growing up and what a struggle it would be
In my tangled state of mind
I've been looking back to find
Where I went wrong
Too much love will kill you
If you can't make up your mind
Torn between the lover
And the love you leave behind
You're headed for disaster
'cos you never read the signs
Too much love will kill you
Every time
I'm just the shadow of the man I used to be
And it seems like there's no way out of this for me
I used to bring you sunshine
Now all I ever do is bring you down
How would it be if you were standing in my shoes
Can't you see that it's impossible to choose
No there's no making sense of it
Every way I go I'm bound to lose
Too much love will kill you
Just as sure as none at all
It'll drain the power that's in you
Make you plead and scream and crawl
And the pain will make you crazy
You're the victim of your crime
Too much love will kill you
Every time
Too much love will kill you
It'll make your life a lie
Yes, too much love will kill you
And you won't understand why
You'd give your life, you'd sell your soul
But here it comes again
Too much love will kill you
In the end...
In the end.
Kalo tidak salah lagu yang ditulis oleh Gitaris Queen Brian May, Frank Musker, dan Elizabeth Lamers ini pertama kali saya dengar ketika saya beranjak masuk SMP. Pertama kali mendengarnya , seperti merasakan betapa pahitnya hidup ini dikala harus kehilangan sesuatu atau seseorang yang sangat kita sayangi.

Mungkin lagu ini bisa jadi gambaran hubungan antara ayah saya, saya, dan rokok. Ayah saya perokok berat. Too Much Love telah dia berikan untuk beribu-ribu (bahkan mungkin berjuta-juta) batang rokok selama hidupnya. Sampai saat ini, saya selalu berusaha untuk membuatnya berhenti dari merokok. Tapi apa daya, Too much his love for cigarettes can't make him to make up his mind...

But, you know what, dad...you won't understand why, You'd give your life, you'd sell your soul. But here it comes again, Too much love will kill you...in the end.

Wednesday, August 12, 2009

You Can't Make it on your Own

Catatan : Sebenarnya tulisan ini adalah copy paste dari blog yang pernah saya tulis di blog-friendster. tapi tidak apa-apa kan ditulis kembali, dengan media yang berbeda, plus ada sedikit penambahan.

Ibuku...adalah seorang yang aku sayangi. tapi, beliau mempunyai karakter keras, sekeras batu mulia yang berkarat tinggi, berharga namun keras. Aku, sebagai anaknya pun mewarisi sifat keras itu, walaupun pada akhirnya aku menyadari sifat keras ini hanyalah tempelan lumut yang harus dan bisa dibersihkan dengan awareness dari dalam diriku, bahwa aku harus selalu memperbaiki diri, untuk menjadi manusia yang yang lebih baik lagi.

sekarang, yang aku coba suarakan untukmu ibu, adalah lagu U2 You can't make it on your own. berikut adalah videoclip-nya yang bisa dilihat langsung di : http://www.dailymotion.com/video/x8imfn_u2-sometimes-you-cant-make-it-on-yo_music



Tough, you think you've got the stuff
You're telling me and anyone
You're hard enough

(keras, kamu pikir kau mengetahuinya
kau beri tahuku and semua orang
(bahwa) kau begitu kerasnya)

You don't have to put up a fight
You don't have to always be right
Let me take some of the punches
For you tonight

(kau tidaklah harus menyulut pertangkaran
kau tidaklah harus selalu benar
biarlah aku ambil beberapa pukulan
untukmu malam ini)

Listen to me now
I need to let you know
You don't have to go in alone

(dengarkanlah aku sekarang
aku ingin kau tahu
kau tidaklah harus menyendiri)

And it's you when I look in the mirror
And it's you when I don't pick up the phone
Sometimes you can't make it on your own

(dan kaulah yang kulihat ketika ku berkaca
dan itulah kau ketika aku tidak mengangkat telepon
kadang kau tak dapat melakukannya sendirian)

We fight all the time
You and I... that's alright
We're the same soul
I don't need... I don't need to hear you say
That if we weren't so alike
You'd like me a whole lot more

(kita bertengkar setiap saat
kau dan aku...itu tidak apa-apa
(karena) kita adalah satu jiwa
aku tidak perlu....aku tidak perlu mendengarkan kau berkata
bahwa jika kita tidak begitu mirip
kau akan menyukaiku lebih banyak lagi)

Listen to me now
I need to let you know
You don't have to go it alone

(dengarkanlah aku sekarang
aku ingin kau tahu
kau tidaklah harus menempuhnya sendirian)

And it's you when I look in the mirror
And it's you when I don't pick up the phone
Sometimes you can't make it on your own

(dan kaulah yang kulihat ketika ku berkaca
dan itulah kau ketika aku tidak mengangkat telepon
kadang kau tak dapat melakukannya sendirian)

(This is it)
I know that we don't talk
I'm sick of it all
Can, you, hear, me, when, I, sing
You're the reason I sing
You're the reason why the opera is in me

((inilah) aku tahu kalau kita tidak bicara
aku muak dengan segalanya
dapatkah, kau, dengarkan, aku, ketika, aku, bernyanyi
kaulah alasan aku bernyanyi
kaulah alasan mengapa cerita musikal ini dalam diriku)

Well hey now, still gotta let ya know
A house doesn't make a home
Don't leave me here alone

(begitulah sekarang pun, aku ingin kau tahu
sebuah rumah tak menjadi sebuah rumah (sebenarnya)
jangan tinggalkan aku sendiri)

And it's you when I look in the mirror
And it's you that makes it hard to let go
Sometimes you can't make it on your own
Sometimes you can't make it
Best you can do is to fake it
Sometimes you can't make it on your own

(dan kaulah yang kulihat ketika ku berkaca
dan kaulah yang membuatnya susah untuk dilupakan
kadang kau tak dapat melakukannya sendirian
kadang kau tak dapat melakukannya
yang terbaik yg dapat kau lakukan adalah berpura-pura
kadang kau tak dapat melakukannya sendirian)


Lagu U2 ini terdapat di album ke -11 Band asal Irlandia tersebut : How to dismantle an atomic bomb, yang ditulis oleh Bono untuk ayahnya yang meninggal di tahun 2001, dan dinyanyikan pada saat pemakamannya. Lagu ini pun menjadi Lagu terbaik (Song of the Year) di Grammy Awards tahun 2006.
lebih lanjut lagi Bono mengatakan :
"His whole thing was, Don't dream - to dream is to be disappointed. That was really what I think was his advice to me. He didn't speak it in those words, but that's what he meant, and of course that's really a recipe for megalomania isn't it? I mean I was only ever interested in big ideas, and not so much dreaming but putting dreams into action, doing the things that you have in your head has become an important thing for me. The song was dedicated to him and it's a portrait of him - he was a great singer, a tenor, a working class Dublin guy who listened to the opera and conducted the stereo with my mother's knitting needles. He just loved Opera, so in the song, I hit one of those big tenor notes that he would have loved so much. I think he would have loved it, I hope so."